Kamis, 07 Desember 2017

SYAIR



Angan

Kali ini kau datang, seolah membawa harapan
Namun, terkadang kau hilang tanpa berkabar
Seolah semuanya hanya permainan
Seolah semuanya tak bertujuan
Aku bimbang,
Berlanjutkah, bertahankah atau melepaskankah...??
Entahlah, semua hanya pertanyaan sebuah hati
Tanpa terucap, tanpa tersampaikan
Hanya saja aku tetap bimbang
Kau diam, kau tak berkabar, kau tak menjelaskan
Bagaimana mungkin aku tahu
Semua terabaikan, kau datang beralasan rindu
Namun terkadang kau pergi tak beralasan
Dan aku masih tetap bimbang
Kaupun tetap terdiam, kau benar-benar diam
Seolah kau memaksaku untuk memulai
Padahal itu hal yang tak mungkin
Aku wanita dan kau lelaki
Bahkan aku bukan wanita yang kala ini beremansipasi dalam hal ini
Aku tetaplah wanita yang masih ingin berada dibelakang
Dibelakang dalam hal ini
Layaknya khadijah dan yang lain
Bahkan inginkan layaknya Fatimah Az-Zahra
Namun itu hanya sebuah angan
Angan-angan hati yang belum terisi
By hasna al-uswa

Jumat, 01 Desember 2017

PUISI



Kurasa lelah hari ini
Semua terasa membosankan, tidak hanya itu akupun bimbang
Ingin ku berkata pamit namun hati tak kuasa
Ingin ku berkata pamit namun mulut ini enggan bersuara
Ingin ku berkata pamit namun tangan ini enggan menuliskan
Ingin ku berkata pamit dan pergi menjauh namun kaki ini enggan melangkah
Entahlah aku bimbang, aku mulai merasa nyaman ketika itu
Aku sedikit mengerti apa arti rindu kala itu
Namunnnnnnn aku...
Entahlah disisi lain ingin kutepis semua rasa itu, rasa nyaman yang kian bersemayam
Rasa rindu yang semakin menggebu meskin tak berujung temu
Akuuuuuuuu
Aku ingin pergi namun kurasa aku tak sanggup atau mungkin aku yang tak berusaha
Atau mungkin aku yang enggan untuk pergi
Aku hanya tak ingin merasakan sakit untuk yang kesekian kali
Aku hanya ingin merasakannya satu kali saja kala itu
Namun tanpa sadar kau pun terlampau sering menyakitiku
Ketika kau berkata pamit namun kau datang lagi
Tarik ulur bagai layang-layang
Bukan hanya sekali namun berkali-kali kau berkata ingin pergi
Berkali-kali pula aku merasakan sakit yang kian dalam
Namun seketika kau datang, disisi lain kedatanganmu membuat ku bahagia
Namun disisi lain kedatanganmu menggoreskan luka
Luka yang hampir sembuh tergores lagi
Dan dengan bodohnya aku membuka pintu tiap kali kau datang
Entahlah terkadang rasa sabar dengan bodoh tiada berbeda kala itu
Seketika ingin ku berucap rindu namun aku malu
Bukan hanya sekedar malu namun terlebih takut
Aku takut rasa itu semakin bergejolak tanpa bisa dikendalikan
Aku tak ingin itu, aku hanya ingin semuanya seperti biasa
Jadi seketika kau berkata ingin pergi lagi akupun akan terbiasa
Kau pergi tanpa rasa dan aku ditinggalkan tanpa sakit
Ya hanya itu,
Semua seolah-olah tak berharga
Kau diam, pergi seketika tanpa kabar, lalu datang tanpa sadar
Kau hebat menyakiti tanpa tahu kalau kau menyakiti, selalu seperti itu
Kurasa lelah hari ini,
Seketika aku ingin pamit, seketika aku ingin pergi, seketika aku ingin menjauh dan hilang perlahan dari mu
Namun aku enggan untuk itu, aku belum siap untuk merasakan sakit lagi
Aku hanya ingin merasakan bahagia sejenak, bersahbat dengan rasa nyaman dan rindu meski tak berujung temu
Berkisah dengan indah hingga semua berlalu dengan semestinya
Seketika aku berfikir, mungkinkah itu hanya harapan yang tak akan memiliki wujud
Aku sedih, aku rindu namun aku juga kecewa kau selalu seperti itu
Pergi begitu saja, mengilang tanpa kabar lalu terdiam tanpa kata.
 BY Hasna al-Uswa

Rabu, 27 September 2017

CERPEN







Aku

Kau berfikir kalau aku acuh
Kau berfikir aku bertingkah sewenang-wenang terhadap mu
Dan kau berfikirrrrrr
Entahlah
Apapun itu fikiranmu tentang ku
Aku hanya bisa diam
Inilah aku yang sesungguhnya
Ketika aku tidak diijinkan masuk
Aku takkan masuk
Ketika aku sudah berada didalam
Akupun akan tetap didalam
Namun seketika kau menyuruhku keluar
Dengan lapang aku akan keluar
Dan ketika aku diluar jangan salahkan aku
Jangan salahkan aku ketika aku sudah berbeda
Jauh berbeda ketika aku berada didalam
Aku pernah masuk dan aku pernah berada ditempat paling dalam
Namun seketika kau menyuruh ku keluar
Dan kurasa kau tahu apa yang akan terjadi pada kita
Semua berubah semua berbeda
Maafkan
Apakan ini salahku
Entahlah, tetapi aku tetap meminta maaf padamu
Hanya kata maaf atas sikapku kini
Tetapi inilah aku ketika diluar karna kau yang menyuruhku
keluar
Akupun mengerti, mungkin bukan aku yang tepat berada didalam
sana
Mendengar keluh kesahmu dan mampu memahamimu
Itu lah kekuranganku
Maaf untuk kesekian kalinya, aku bukan yang terbaik untuk mu
Ya bukan aku,
Namunnn, salahkah aku
Ketika sudah mempercayakan semuanya kepadamu
Seketika itu kau sebaliknya
Kubuka semua pintu ketika kau datang
Namun kau menutup semua pintu itu ketika aku datang
Haruskah aku tetap membuka pintu itu
Iya, seharusnya
Namun aku tidak, tidak dengan pendapat mereka
Aku dengan mu tidaklah mencari keuntungan
Aku hanya ingin kita saling memahami satu sama lain
Kita mampu berkisah
Tapi itu hanya harapan
Ketika aku mampu mewujudkan namun tidak denganmu
Mungkin kisah itu harus berakhir cukup samapi disini
Takkan memintamu lagi
Takkan merepotkanmu lagi
Dan takkan untuk semuanya
Semua kuserahkan padamu
Mungkin aku pilihan terakhirmu
Ketika sudah tidak ada pilihan lain lagi
Aku hanya bisa diam,
Perlukah aku bertanya
Kurasa tidak, aku hanya perlu menjawab ketika kau bertanya
Bukankah itu yang diharapkan oleh mu
Baiklah akan kucoba
Meski sulit, namun apalah daya
Aku hanya pilihan terakhirmu
Namun tetap kuingat kata pepatah
Teman jauh lebih berharga

Hanya itu yang difikirkan Fenus ketika ia duduk merenung,
memikirkan sahabatnya . Ia tidak bisa kehilangannya, namun ia tidak mampu
berupaya. Sahabat memang segalanya namun ketika kau berada diluar apa yang
harus kau perbuat...? Bukankah cukup melihat...?
Rindu sekali berkisah dengan mu namun ketika kau menutup
semua pintu aku tak lagi berharap kau mendengarkan kisahku. Aku yakin meskipun
kau menutup pintu itu untuk ku namun kau tetap ingin dan mau mendengarkan
kisahku. Tapi maaf. Aku tidak seperti itu. Aku ingin kita sama-sama nyaman
berkisah tidak hanya aku. Jadi kuputuskan. Aku takkan berkisah ketika kau
menutup semua pintumu untuku. Ketika ku buka semua pintu untukmu dan kau masuk.
Bukankah kau mengetahui semuanya. Sedangkan aku tetap berada diluar tanpa tahu apapun.
Aku tidak ingin itu. Ketika kau tahu semuanya. Kau mampu membantu ku untuk
mengisi ruangan itu. Menemukan hal-hal yang kurang dan membenarkan hal-hal yang
salah. Namun aku...? hanya bisa diam diluar tanpa membantu sedikitpun. Bukan
itu yang aku inginkan.
Fenus selalu memikirkan hal itu. Ia masih berbicara dengan
dirinya sendiri. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya. Namun ia
juga tidak ingin mengambil keuntungan dari sahabatnya. Tidak tahu tentang
sahabatnya adalah sesuatu yang membuatnya gelisah.
Tetap diam namun terus berada disampingnya meski tidak
dianggap adalah pilihan terakhir tanpa harus meninggalkan.
J
TAMAT J
By Hasna al-Uswa