Rabu, 27 September 2017

CERPEN







Aku

Kau berfikir kalau aku acuh
Kau berfikir aku bertingkah sewenang-wenang terhadap mu
Dan kau berfikirrrrrr
Entahlah
Apapun itu fikiranmu tentang ku
Aku hanya bisa diam
Inilah aku yang sesungguhnya
Ketika aku tidak diijinkan masuk
Aku takkan masuk
Ketika aku sudah berada didalam
Akupun akan tetap didalam
Namun seketika kau menyuruhku keluar
Dengan lapang aku akan keluar
Dan ketika aku diluar jangan salahkan aku
Jangan salahkan aku ketika aku sudah berbeda
Jauh berbeda ketika aku berada didalam
Aku pernah masuk dan aku pernah berada ditempat paling dalam
Namun seketika kau menyuruh ku keluar
Dan kurasa kau tahu apa yang akan terjadi pada kita
Semua berubah semua berbeda
Maafkan
Apakan ini salahku
Entahlah, tetapi aku tetap meminta maaf padamu
Hanya kata maaf atas sikapku kini
Tetapi inilah aku ketika diluar karna kau yang menyuruhku
keluar
Akupun mengerti, mungkin bukan aku yang tepat berada didalam
sana
Mendengar keluh kesahmu dan mampu memahamimu
Itu lah kekuranganku
Maaf untuk kesekian kalinya, aku bukan yang terbaik untuk mu
Ya bukan aku,
Namunnn, salahkah aku
Ketika sudah mempercayakan semuanya kepadamu
Seketika itu kau sebaliknya
Kubuka semua pintu ketika kau datang
Namun kau menutup semua pintu itu ketika aku datang
Haruskah aku tetap membuka pintu itu
Iya, seharusnya
Namun aku tidak, tidak dengan pendapat mereka
Aku dengan mu tidaklah mencari keuntungan
Aku hanya ingin kita saling memahami satu sama lain
Kita mampu berkisah
Tapi itu hanya harapan
Ketika aku mampu mewujudkan namun tidak denganmu
Mungkin kisah itu harus berakhir cukup samapi disini
Takkan memintamu lagi
Takkan merepotkanmu lagi
Dan takkan untuk semuanya
Semua kuserahkan padamu
Mungkin aku pilihan terakhirmu
Ketika sudah tidak ada pilihan lain lagi
Aku hanya bisa diam,
Perlukah aku bertanya
Kurasa tidak, aku hanya perlu menjawab ketika kau bertanya
Bukankah itu yang diharapkan oleh mu
Baiklah akan kucoba
Meski sulit, namun apalah daya
Aku hanya pilihan terakhirmu
Namun tetap kuingat kata pepatah
Teman jauh lebih berharga

Hanya itu yang difikirkan Fenus ketika ia duduk merenung,
memikirkan sahabatnya . Ia tidak bisa kehilangannya, namun ia tidak mampu
berupaya. Sahabat memang segalanya namun ketika kau berada diluar apa yang
harus kau perbuat...? Bukankah cukup melihat...?
Rindu sekali berkisah dengan mu namun ketika kau menutup
semua pintu aku tak lagi berharap kau mendengarkan kisahku. Aku yakin meskipun
kau menutup pintu itu untuk ku namun kau tetap ingin dan mau mendengarkan
kisahku. Tapi maaf. Aku tidak seperti itu. Aku ingin kita sama-sama nyaman
berkisah tidak hanya aku. Jadi kuputuskan. Aku takkan berkisah ketika kau
menutup semua pintumu untuku. Ketika ku buka semua pintu untukmu dan kau masuk.
Bukankah kau mengetahui semuanya. Sedangkan aku tetap berada diluar tanpa tahu apapun.
Aku tidak ingin itu. Ketika kau tahu semuanya. Kau mampu membantu ku untuk
mengisi ruangan itu. Menemukan hal-hal yang kurang dan membenarkan hal-hal yang
salah. Namun aku...? hanya bisa diam diluar tanpa membantu sedikitpun. Bukan
itu yang aku inginkan.
Fenus selalu memikirkan hal itu. Ia masih berbicara dengan
dirinya sendiri. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya. Namun ia
juga tidak ingin mengambil keuntungan dari sahabatnya. Tidak tahu tentang
sahabatnya adalah sesuatu yang membuatnya gelisah.
Tetap diam namun terus berada disampingnya meski tidak
dianggap adalah pilihan terakhir tanpa harus meninggalkan.
J
TAMAT J
By Hasna al-Uswa